(022) BERBUTIR NASI MENANGIS Oleh : Gunadi Yusuf Soenhadji
BERBUTIR NASI MENANGIS
Oleh : Gunadi Yusuf Soenhadji
Berbutir nasi
menunggu pagi
kecemasan tampak dari ronanya
semalam ia merenung sendiri
Esok sepertinya aku banyak yang terbuang sia-sia...gumannya,
teronggok dan membusuk di tong sampah
Aku sangat faham, anak-anak sekarang berbeda selera makan
masakan ibu menjadi pilihan nomor satu
dan jenis lauk-pauk amat menentukan tentang lahapnya
Ya....slogannya sich, sangat manis
makan siang bergizi gratis
tapi apa daya anggaran masih menipis
tinggal aku ditemani lauk seadanya ditambah pisang dan sayur tumis
Berbutir nasi akhirnya menangis
benar dugaanku...rintihnya,
aku banyak tersisa
entah sampai hari, bulan dan tahun yang ke berapa
Makan siang bergizi gratis
proyek masal diawali dari
subsidi sana subsidi sini
bantuan perusahaan anu dan dari sianu
seremonialnya gegap gempita
aparat dan polisi pun datang mengawasi
yang tengah makan diwawancarai karena akan tayang di telivisi
Makan siang bergizi gratis
ternyata bikin banyak orang menangis
pemilik dan karyawan kantin tinggal meringis
jajanan dan aneka makanan tak kunjung habis
Kudus, 16 Januari 2025
Nama: Gunadi Yusuf Soenhadji
Asal kota : Kudus, Jawa tengah
Domisili : Jl.KH. Noorhadi 43 Kudus Jateng
Kontak WA : 081325696697
Menempuh Jalur pendidikan IKIP Negeri Semarang dan Pasca Sarjana Manajemen SDM
Kegiatan sehari-hari mengelola galeri karya seni Kayu dan barang-barang antik, Instruktur Achievement Motivation Training di lingkungan Pemda Kab Kudus
Aktivitas kepenulisan dilakukan karena hobi tentang sastra, dan aktif di kajian tasawuf
Karya puisi lebih banyak bersifat pribadi dan ada beverapa yang memenuhi di beranda facebook
Beberapa antologi bersama yang pernah diikuti Antologi puisi religi II Sang Musafir, Antologi Puisi Religi III Mata hati, antologi bersama pusai 2023, 100 tahun Penyair Choiril Anwar, antologi panjat pinang akhirnya aku pun bisa, antologi kumpulan puisi penyair Indonesia Melihat Indonesia masa kini, antologi bersama Democrazy, antologi bersama Merdeka Puisi